Jokowi Dinilai 'Menang Banyak' Jika Jadi Ketum PPP Ketimbang PSI, Begini Analisis Ray Rangkuti



SUMBARNET - Pengamat politik dari Lingkar Madani (Lima) Ray Rangkuti menilai Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) menang banyak jika menjadi Ketua Umum (Ketum) Partai Persatuan Pembangunan (PPP), ketimbang Ketum Partai Solidaritas Indonesia (PSI).


Hal ini disampaikan Ray Rangkuti menyikapi dinamika politik yang terjadi jelang Muktamar PPP dan Pemilu Raya PSI. Meski nama Jokowi menguat di bursa calon Ketum PSI, dia tidak menutup kemungkinan nama Presiden ke-7 RI itu juga bakal muncul di bursa Ketum PPP yang kini dinamikanya lebih hangat.


"Awalnya isu ini muncul karena terkait Muktamar PPP, salah satu isu yang menarik itu adalah masuknya Haji Isam ke PPP. Kabarnya, dia membawa dua nama sekaligus pertama Andi Amran Sulaiman, menteri pertanian dan Jokowi. Jadi kita mendasarkannya dari asumsi itu," kata Ray saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin (2/6/2025). 


Ray menambahkan, jika ada dua nama antara Amran dan Jokowi, maka pasti konstituen PPP memilih Jokowi sebagai ketua umumnya. Hal itu dinilai sebagai pilihan logis. Sebab status Amran sebagai menteri harus meminta izin dulu kepada Prabowo. Selain itu, nama Amran juga belum terlalu menjual di pasar Pemilu jika bandingannya adalah Jokowi.


"Di pasar Pemilu, Amran dibanding Pak Jokowi, ya Pak Jokowi kalau ingin meningkatkan popularitas partai. Pak Jokowi ini berangkat dari Jawa, bagaimana pun Jawa itu masih tetap penting. Kita ketahui umumnya Pak Jokowi di Jawa cukup diterima dan juga di daerah-daerah lain. Masalahnya kalau Pak Amran di daerahnya saja (Suawesi) belum tentu diterima, apalagi di Jawa. Kira-kira begitu," ucap Ray Rangkuti. 


PPP untuk Jokowi, PSI untuk Anak-anaknya


Dari hipotesa itu, lanjut Ray, nama Jokowi akan lebih mentereng ketika menjabat sebagai Ketum PPP ketimbang PSI. Selain itu, basis pemilih PPP yang lebih mengakar, diyakini juga akan berpengaruh terhadap suara partai di pemilu berikutnya.  


"PSI ini masih belum jelas dan tidak kelihatan, kadang gelembung besar suaranya, kadang kecil, jadi kadang-kadang aja. Tapi PPP? Sebelum ini kan hampir dapat 4 persen, dan pemilihnya jelas pemilih Islam," beber Ray.


Ray meyakini, jika Jokowi masuk ke dalam PPP, maka dapat mewakili kelompok nasionalis. Sehingga PPP memiliki basis suara yang komplit antara nasional dan Islam. 


"Dengan dua suara yang klop tersebut, dapat memudahkan memperbesar konsolidasi PPP. Terlebih ketika keluarganya didorong tetap ke politik apakah itu Gibran atau Kaesang. Jadi Pak Jokowi sudah punya perahu tetap di PPP, dan kedua PSI dengan anak-anaknya. Jadi 2029 bisa saja PPP dan PSI yang bergabung dan mendukung Gibran sebagai calon presiden atau wakil presiden," kata Ray menandasi.


Jokowi dan Kaesang Warnai Bursa Calon Ketum PSI


Sebelumnya, Ketua Fraksi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) DPRD Jakarta, William Aditya Sarana, menyatakan pihaknya setuju dengan wacana Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) akan maju sebagai calon Ketua Umum (Ketum) PSI.


“Pak Jokowi yang kerja nyatanya sudah kami rasakan sejak menjadi Gubernur DKI Jakarta patut menjadi calon Ketua Umum PSI,” ujar William dalam keterangannya, Jumat (16/5/2025).


Menurut William, Jokowi sudah berkontribusi mengagas partai terbuka yang menginspirasi banyak partai.


"Menurut kami, Pak Jokowi juga sudah memberikan kontribusi salah satunya menggagas 'Partai Super Terbuka' yang menginspirasi kami mengadakan Pemilihan Raya ini. Oleh karena itu, wajar apabila kader PSI memberikan tempat yang istimewa baginya di sini," tambahnya.


William juga mengungkapkan bahwa nama Ketum PSI petahana, Kaesang Pangarep, juga disebut pada saat yang bersamaan dalam diskusi yang berlangsung di internal partainya.


“Nama Mas Kaesang juga turut disebut dalam diskusi internal partai kami. Ia juga diharapkan bisa melanjutkan kepemimpinannya yang sudah baik ini ke depannya,” ujarnya.


Jokowi Pertimbangkan Maju Jadi Calon Ketum PSI


Jokowi sendiri telah menyatakan bahwa ada kemungkinan dirinya ikut serta dalam pemilihan Ketum PSI. Keputusan untuk mencalonkan diri sebagai calon ketum partai tersebut masih dipertimbangkan secara matang oleh mantan Wali Kota Solo itu.


Jokowi mengungkapkan bahwa ia masih melakukan kalkulasi terkait peluangnya untuk memenangkan pemilihan tersebut.


Ia mengaku tidak ingin mengalami kekalahan dalam persaingan untuk posisi Ketua Umum PSI, mengingat reputasinya sebagai tokoh politik yang telah dua kali memenangkan pemilihan presiden.


"Ya masih dalam kalkulasi. Jangan sampai kalau nanti misalnya saya ikut saya kalah," ujar Jokowi pada Rabu (14/5/2025).


Hingga kini, Jokowi belum secara resmi mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum PSI. Ia menyampaikan bahwa masih tersedia cukup waktu yang cukup panjang untuk memutuskan apakah akan bergabung dengan partai yang dipimpin oleh putra bungsunya, Kaesang Pangarep.


"Belum (mendaftar). Kan masih panjang, seingat saya masih Juni," kata Jokowi menanggapi pertanyaan mengenai pendaftaran.


Sumber : liputan6.com

0 Post a Comment:

Posting Komentar