SUMBARNET - Pada tahun 2000 saya diundang ke Jepang oleh salah satu organisasi kepemudaan disana Nippon Senin Kyokai (NSK) yang dipimpin oleh Ibu Nishihiro atau yang popular dipanggil "Mama San". Saya diundang bersama 9 pemuda berprestasi lainnya dari Asia Tenggara. 4 dari Indonesia termasuk saya, 2 dari Malaysia, 2 dari Thailand dan 2 lagi dari Philipina. Kami dipilih dari latar pendidikan dan keahlian yang berbeda - beda. Saya dipilih pada saat itu karena dianggap membawa hal yang baru dalam kepariwisataan di Indonesia yaitu Life Experience Tourism ( Pariwisata Menjual Pengalaman Hidup ) bahkan untuk Jepang sendiri.
Selama kurang lebih sebulan disana kami belajar bahasa Jepang, sistim pendidikan di Jepang mulai dari pra sekolah, sekolah dasar, menengah bahkan sampai sekolah tinggi. Kami juga belajar tentang seni dan budaya Jepang melalui organisasi - organisasi kepemudaan disana dan bertukar pikiran. Kami juga juga belajar tentang hal - hal yang menarik di Jepang dan kebuyaan yang unik sampai gaya hidup masyarakat Jepang. Saya betul - betul merasa beruntung karena banyak mendapat hal baru yang saya rasa sangat bermanfaat yang bisa diimplementasikan sepulang saya ke Indonesia nantinya.
Tidak selamanya kami tinggal dihotel dan asrama. Kami juga diberi kesempatan untuk tinggal dirumah penduduk yang saya merasakan betul seperti keluarga saya sendiri disana. Duh...betul - betul suatu pengalaman yang sangat berharga!
Saya juga diberi kehormatan untuk memberi semacam kuliah umum tentang program wisata yang saya kembangkan yaitu Life Experience Tourism didepan dosen dan guru besar program master Pengkajian Asia - Afrika di Kyoto University. Dan lucunya banyak sekali peserta yang ingin mencoba program wisata yang saya tawarkan karena dianggap baru juga buat mereka. Duh...suatu kehormatan yang luar biasa.
Japan Three Days March.
Waktu di Higashi - matsuyama, Tokyo saya melihat sedang berlangsung iven jalan kaki internasional selama 3 hari dan ini menarik hati saya. Saya melihat peserta melebihi 100.000 orang dan yang membuat saya tambah tertarik sekitar 20% pesertanya dari berbagai negara. Dan itu terlihat dari aksesoris dan bendera yang mereka bawa. Kebanyakan dari benua Eropah dan Amerika dan Australia. Dan itu betul - betul menambah ketertarikan untuk mengenal lebih lanjut tentang iven jalan kaki tersebut. Dan yang membuat saya sedih tidak ada bendera Merah Putih didalamnya dan juga bendera Asia Tenggara lainnya. Ini membuat saya jadi tertarik untuk mempelajari iven jalan kaki tesebut karena terpikir untuk mengadakan iven yang sama setelah saya pulang ke Indonesia nantinya. Karena dalam pikiran saya Indonesia dengan keindahan alam yang tiada tara adalah negeri yang sangat ideal untuk mengadakan iven tersebut!
Paspor Jalan Kaki Pertama Saya.
Akhirnya saya memberanikan diri untuk mengikuti iven tersebut setelah dapat informasi iven ini juga terbuka untuk umum. Setelah membayar 2.000 Yen saya langsung diberi oleh panitia satu buah paspor "IML Passport" atau paspor jalan kaki internasional. Dari sana saya tahu bahwa penyelenggara acaranya adalah Japan Walking Association (JWA) organisasi jalan kaki di Jepang. Dan JWA tergabung dalam organisasi jalan kaki internasional International Marching Leaque (IML) yang bermarkas di Jerman. Dan alhamdulillah pada saat itu saya sangat beruntung karena bisa berkenalan langsung dengan Kitani, presiden JWA dan Luc Henau, presiden IML pada saat itu dan bertanya bagaimana untuk iven yang sama di Indonesia. Dan mereka menyambut dengan senang hati dan menyarankan untuk membentuk dulu organisasi jalan kaki di Indonesia dan mendaftarkan organisasi tersebut ke IML. Yes! Saya langsung berpikir untuk membuat organisasi yang sama setelah pulang ke Indonesia.
Pada iven tersebut ada beberapa kategori rute jalan kaki yang bisa kita ikuti sesuai dengan keinginan kita. Ada rute 5 KM, 10 KM, 20 KM dan 40 KM. Dan untuk mendapatkan stempel IML dipaspor jalan kaki yang telah diberikan minimal peserta mengikuti rute yang 20 KM. Dan saya nemilih rute yang 20 KM selama 2 hari dan alhamdulillah akhirnya saya mendapat 2 stempel perdana di IML Passport saya.
Setelah program pertukaran pemuda dengan Nippon Senin Kyokai selesai sayapun pulang ke Indonesia. Banyak sekali pelajaran berharga yang saya dapat dari program teesebut seperti masalah kedisiplinan orang Jepang, sistim pendidikan disana, kejujuran, masalah lingkungan dan kebersihan. Dan sayapun banyak permintaan untuk membuat program - program wisata khusus untuk orang Jepang yang ingin ke Indonesia. Dqn salah satu mimpi besar yang saya ingin implementasikan segera adalah untuk membuat program wisata jalan kaki dan ingin menjadikan Indonesia sebagai pusat wisata jalan kaki dunia!
Mendirikan Indonesia Walking Association
Sesampai kembali ke Indonesia dan diakhir tahun 2000 saya langsung mendirikan Indonesia Walking Association (IWA) bersama kawan - kawan pariwisata di Padang - Sumatera Barat. Kami mulai membuat iven jalan kaki berskala lokal. Dan saya selalu berkordinasi dengan JWA dan IML. Dan saya mulai mendesign program wisata khusus jalan kaki dengan menggabungkannya dengan aksi lingkungan dan budaya dan menawarkan kepada anggota JWA dan IML. Salah satu contoh program wisata jalan kaki yang berkaitan dengan lingkungan adalah Clean the City by Walking dan Clean the Beach by Walking ( Jalan kaki sambil memungut sampah ). Dan akhirnya program tersebut sangat diminati dan banyak yang datang dengan group kecil antara 10 - 30 orang. JWA dan IML sangat senang dengan program wisata yang kami tawarkan karena dianggap hal yang baru dan sangat posititf bagi organisasi tersebut.
Dan beberapa anggota IML juga akhirnya memasukan program aksi jalan kaki bersih tersebut dinegaranya.
Kyusu Romance Walking
Alhamdulillah pada awal 2002 saya mendapat kehormatan lagi dan diundang ke Jepang karena terpilih menjadi 10 pemuda berprestasi tingkat dunia oleh oleh organisasi kepemudaan Jepang sebelumnya, Nippon Senin Kyokai. Dan kebetulan sebulan sebelum kedatangan saya kesana terjadi tragedi bom Bali yang menghentak dunia yang membuat khususnya wisatawan Jepang takut ke Indonesia apalagi Bali. Padahal Jepang pada saat itu adalah market utama Bali. Akhirnya undangan saya ke Jepang tersebut saya gunakan untuk melakukan aksi jalan kaki damai (Peace Walk) dan mempromosikan Indonesia adalah negara cinta damai dan mengutuk terorisme. Saya dengan membawa bendera Merah Putih berjalan kaki bersama sekitar 40 orang anggota JWA mengelilingi pulau Kyusu sepanjang 400 KM dalam program Kyusu Romance Walking. Kami berjalan kaki setiap hari rata - rata 40 KM. Dan disetiap kota yang kami lalui walikotanya menyambut kami dan ikut jalan kaki bersama. Bahkan artis Jepang pada saat itu Ayumi Hamasaki turut mendampingi saya berjalan kaki bersama. Akhirnya perjalanan kami menjadi berita ditv dan media cetak disana. Dan yang lebih luar biasanya akhirnya perjalanan tersebut tertulis dalam sebuah buku dalam bahasa Jepang yang berjudul " Kyusu Romance Walking ".
Dan penghormatan tidak sampai disitu saja. Bahkan saya diberi penghormatan oleh JWA dan IML untuk membuka iven jalan kaki terbesar didunia " Japan Three Days March " yang diadakan di Higatshi Matsuyama Tokyo. Duh suatu penghormatan yang luar biasa!
Tapi mirisnya event jalan kaki International Peace Walk yang diadakan di Sumbar - Indonesia yang telah disetujui oleh IML dan sudah masuk dalam calendar event jalan kaki internasional yang rencananya diadakan pada tahun 2003 tidak jadi dapat terlaksana karena tidak mendapat support dari pemerintah. Saya betul - betul malu kepada teman - teman di IML apalagi JWA yang telah banyak membantu saya. (**)
0 Post a Comment:
Posting Komentar