Ricky Putra Sinaro Menyulap Kampung Nelayan Menjadi Destinasi Wisata Dunia



SUMBARNET - Ketika sedang minum kopi santai dilounge sebuah hotel diPadang tiba - tiba banyak wartawan datang dan bertanya kepada saya tentang perkawinan yang sangat viral dimedia dan internet antara seorang anak nelayan Sungai Pinang dengan seorang wanita yang super cantik dari Inggris. 


Tahun 2015 lalu, kisah cinta Bayu Kumbara dengan bule cantik asal Inggris begitu menyedot perhatian publik.

Bahkan perjalanan cinta pria asal desa nelayan di Sungai Pinang - Mandeh ini langsung viral di media sosial.

Bukan tanpa alasan, pernikahannya sempat viral karena banyak yang menyebut Bayu Kumbara pria yang beruntung menikahi wanita secantik Jennifer.


Tak hanya itu, perjuangan mereka dalam mewujudkan pernikahan mendapat pujian banyak orang.


Dan saya karena merasa tidak tahu menjawab " Lo apa hubungan dengan saya?"


Salah satu wartawan menyangkal " Bagaimana abang tidak tahu bukankan destinasi wisata diSungai Pinang tersebut abang yang memulai disana dan mendidik anak - anak disana. Bahkan dia bilang bahwa dia salah satu anak didik abang bersama Ricky Putra Sinaro?"


Mendengar kata Ricky Putra Sinaro saya mulai ingat bagaimana kami dulu membuka kawasan tersebut sebagai percontohan wisata Green Tourism Destination.


Awal Pertemuan dengan Ricky


Kebiasaan saya dari dulu lebih senang bekerja diluar kantor seperti lounge, bar atau cafe. Walaupun kantor saya dihotel dipinggir pantai kota Padang saya lebih memilih bekerja dilounge barnya. Santai dan sambil mencari inspirasi. Karena saya mengembangkan konsep "Alam Takambang Jadi Kantua" terinspirasi dari falsafah adat Minangkabau "Alam Takambang Jadi Guru"


Ketika sedang kerja santai di "kantor saya" sendiri tiba - tiba seorang anak muda berambut panjang dan sedikit kumal menghampiri saya dan mengenalkan dirinya Ricky anak nelayan dari Sungai Pinang.


Melihat dirinya seperti agak capek dan grogi akhirnya saya menyuruh dia duduk dan menemani saya makan.


Akhirnya setelah makan dan ngopi santai baru saya bertanya lebih dalam tentang dia dan maksud kedatangannya.


" Saya tadi dari Sungai Pinang naik perahu ke Muara Padang hanya untuk menemui bapak. Dan kebetulan sekali tadi ada rombongan dari kampung mau kePadang maka sekalian saya menumpang. Karena saya mau menemui bapak untuk belajar tentang pariwisata!" pintanya sedikit agak santai. Lalu saya tanya darimana dia tahu tentang saya. Dan dia bilang dia sudah lama mempelajari tentang saya dan aksi - aksi sosial pariwisata dengan mendidik pemuda - pemuda kampung yang akhirnya menjadi peneroka didaerahnya baik dimedia maupun dari orang lain. Makanya dia betul - betul memohon kepada saya untuk diberi kesempatan untuk belajar dari saya karena dia ingin juga berbuat sesuatu untuk kampung dan pemuda disana.


Mendengar kebulatan tekadnya saya menjadi terharu. Dan lebih terharu lagi ketika dia mengatakan dia tidak melanjutkan sekolah ke SMA demi adik - adiknya bisa melanjutkan sekolah karena alasan dana. Dia cuma anak seorang nelayan kecil yang juga menjabat sebagai wali nagari dikampungnya.


Akhirnya singkat cerita dia saya terima untuk belajar dan bekerja. Bahkan seminggu kemudian dia saya suruh terjun langsung untuk menemani guide senior saya untuk trip " Sumatra a Journey of Discovery ( discover the cultures, discover the natures and discover the adventures). Ini adalah salah satu program wisata kami yang popular untuk sekolah dan komunitas khususnya untuk pasar Inggris, Amerika dan Jepang yang dirancang khusus dengan konsep Life Experince Tourism. Program ini dirancang dari 7 hari sampai 14 hari dengan destinasi Sumut dan Sumbar. Bahkan beberapa sekolah terbaik di Inggris seperti Erias High School dan Canterburry College telah menjadikan program tersebut menjadi program tahunan sekolah mereka (yearly program).


Dan saya sengaja menyuruh Ricky untuk terjun langsung mendampingi guide senior supaya dia bisa belajar langsung bagaimana menggarap sebuah perjalanan wisata.


You Can Buy School but not Experience!


Salah satu keunikan saya dalam menerima team atau staf yang bekerja atau terlibat dalam program baik di sumatraandbeyond.co atau greentourisminstitute.org saya lebih menyukai orang - orang seperti Sabarata Bangun dan Ricky Putra Sinaro ini. Berani! 


Dan biasanya saya tidak terlalu memikirkan education background mereka. Karena saya juga tidak. Tapi alhamdulillah dengan pengalaman yang saya punya saya justru diberi kehormatan untuk memberi kuliah umum pertama di program master Pengkajian Asia Afrika Universitas Kyoto tahun 2002. Waktu itu saya bicara tentang "Life Experience Tourism" yang mana beberapa peserta masih bingung. "Nan desu ka?" dan akhirnya karena penasaran ingin mencoba salah satu programnya dan datang ke Sumatra!


Dan setelah itu barulah beberapa universitas di Indonesia mulai mengundang saya. Dimulai dari Unand atas undangan Prof. Musliar Kasim yang waktu itu menjadi rektornya.


 November 2019 lalu atas undangan Prof. Tati Suryati Syamsuddin saya diminta juga memberi kuliah umum diprogram magister Sekolah Tinggi Ilmu Hayati Institut Teknologi Bandung (SITH - ITB) setelah dia mendengar langsung paparan saya " Avian Tourism"  disalah satu konferensi dan seminar Burung internasional karena pada saat itu saya menjadi salah satu pembicara bersama ahli burung internasional.


Dikampus ternama tersebut saya bicara " Green Tourism Solusi Pariwisata Dunia " serta " Green and Blue Healing " bagaimana membuat program wisata yang menyehatkan dengan back up konsep Forest Healing dan Oceanic Healing. Dan pada saat itu semua peserta seperti terpana setelah saya mengatakan bahwa ahli biologi memegang peranan yang sangat penting dalam dunia kepariwisataan karena mereka yang ahli tentang flora dan fauna. Akhirnya para dekan yang lain dikampus tersebut meminta saya juga untuk bicara difakultasnya masing - masing. Bahkan bersama Fakultas biologi Unand dan biologi ITB kami akan bekerjasama how to create a green tourism destination diIndonesia.


Karena dalam bisnis pariwisata yang saya geluti " walaupun tanpa ijazah dan modalpun bisa! " asal kreatif dan berani dalam menggarap programnya.


 Bahkan dalam konsep pariwisata yang saya kuasai apapun bisa dijual. Bahkan kendala bisa menjadi nilai yang sangat ekonomis asal kita jeli dalam penggarapan dan target marketnya.


Sengaja diawal bisnis saya dipariwisata saya memulai dengan konsep Life Experience Tourism dengan menjual keunikan sebuah destinasi dan apa adanya.


Dan orang baru di team saya selalu saya suruh untuk terjun langsung dalam sebuah program supaya mereka betul - betul dapat pengalaman langsung dalam penggarapan sebuah program. Dan setelah trip baru orang - orang baru tersebut saya ajak diskusi lebih serius dan minta tanggapan mereka tentang program tersebut. Dan biasanya saya selalu menantang mereka untuk membuat program yang sama dikampungnya masing - masing sesuai dengan situasi dan kearifan lokal masing - masing. Saya memberi banyak pengalaman kepada mereka dan sedikit teorinya.


Sebelum program atau kegiatan dimulai kami selalu briefing terakhir dan berdoa. Dan sebagai penutup saya selalu memberi yel - yel dengan mengucapkan "Sumatra And Beyond!" Dan semua team membalas dengan semangat " Ichi Ban no Hito. Ganbate! (Jadilah orang nomor 1) dan semua saling berpelukan. Karena selalu memotivasi mereka untuk menjadi orang nomor 1 dibidang mereka masing - masing. Dan saya tidak melatih mereka untuk menjadi pekerja bahkan menjadi kompetitor saya!


Semboyan tersebut dalam bahasa Jepang. Karena saya beberapa kali diundang kesana oleh organisasi kepemudaan disana Nippon Senin Kyokai.Disana saya banyak diberi kesempatan belajar dan terinspirasi dari pola kehidupan disana.


 Bahkan saya pernah diberi kehormatan yang luar biasa oleh Japan Walking Association pada tahun 2002 untuk membuka iven jalan kaki terbesar didunia " Tokyo International ThreeDay Marc" karena sebelumnya telah membuat heboh Jepang dengan aksi jalan kaki perdamaian (PeaceWalk) 400 km mengelilingi Pulau Kyusu setelah tragedi Bom Bali yang meluluhlantakan pariwisata Bali dan Indonesia. Aksi jalan kaki saya tersebut menjadi berita dimedia - media disana. Bahkan Ayumi Hamasaki artis Jepang ternama ingin berjalan kaki bersama saya sambil membawa bendera Merah Putih. Dan lebih hebat lagi perjalanan tersebut ditulis dalam sebuah buku dalam bahasa Jepang " Kyusu Romance Walking " 


Itulah...kadang negara lain lebih menghargai kita dibanding dinegara sendiri. Tapi tidak jadi masalah yang penting bagaimana kita tetap berbuat untuk agama dan bangsa!


Ricky Putra Sinaro Pelopor Green Tourism di Sungai Pinang - Mandeh


Akhirnya Ricky dengan pengalamannya yang saya rasa sudah cukup saya tantang dia untuk membuat Green Tourism Destination ( protect the cultures, protect the natures, empower and bring benefit for local people and support conservation ) dikampungnya. Karena dia begitu ulet. Disamping bahasa Inggris dia juga sudah menguasai bahasa Perancis.


Biasanya diawal pembuatan program disuatu destinasi saya selalu turun langsung dahulu untuk melihat potensi apa yang akan diangkat nantinya.


Dan ketika pertama keSungai Pinang saya masih menggunakan perahu karena belum ada jalan kesana. Dan saya langsung takjub dengan keindahan alam dan kehidupan desa nelayannya. Dan saya langsung optimis untuk memulai program disana.


Dan saya mengutarakan hal tersebut kepada ayah Ricky yang kebetulan wali nagari disana. Dan dia sangat senang sekali dan mengabulkan permintaan saya untuk mengundang para tetua adat disana untuk mendiskusikan hal tersebut. Alhamdulillah setelah berkumpul mereka semua senang untuk mendukung ide kami.


Menjadi Nelayan di Sungai Pinang


Hal pertama yang saya lakukan bersama Ricky dengan keahlian saya dalam mendesign program wisata Life Experience Tourism kami memulai program disana "Bagaimana Menjadi Nelayan" karena saya berpikir untuk orang - orang tertentu pasti merasa senang mendapat pengalaman baru tinggal didaerah terpencil dan minim fasilitas.


Karena akomodasi belum ada disana saya menggunakan rumah penduduk untuk penginapannya dan memperbaiki beberapa rumahnya khususnya fasilitas MCK.


Saya sengaja menjual program yang keahlian orang kampung disana. Menjadi Nelayan! Jadi saya tidak perlu lagi melatih mereka karena itu sudah keahlian mereka. Dan bahkan mereka jauh ahli dari pada saya. Tapi yang saya ajar kepada mereka masalah etika dalam melayani tamu apalagi bule. Masalah safety karena itu adalah yang utama apalagi dilaut. Juga standar pariwisata lainnya seperti sapta pesona.


Dan ibu - ibupun kami latih cara melayani tamu dirumahnya dengan kamar tidur yang rapi dan bersih dan table manner. Dan kami ajar juga mereka cooking class dengan membawa chef dari hotel diPadang dan juga tata cara dan tata boga dengan menyiapkan makanan yang bisa diterima juga oleh lidah bule.


Disamping itu dalam program yang kami design mulai dari 5 sampai 7 hari para pemuda juga kami latih untuk melakukan green action seperti penanaman mangrove, transplantasi terumbu karang, aksi bersih kampung dan pantai. Karena setiap tamu yang datang kami ajak untuk melakukan Green Action tersebut.


Dan para pemuda yang mempunyai keahlian khusus seperti seni dan budaya kami ajak untuk terlibat dalam acara tersebut.


Akhirnya program tersebut menjadi popular dan banyak wisatawan yang datang kesana khususnya dari Inggris dan Perancis.


Tapi setelah itu saya tidak tahu lagi perkembangannya. Karena semenjak 2009 saya sakit dan banyak lupa masalalu begitu juga dengan Sungai Pinang saya betul - betul tidak ingat sama sekali.


Untunglah wartawan tadi mengingatkan saya! Sehingga mulai mengingat Ricky dan aksi yang dilakukan di Sungai Pinang yang luar biasa. Dan membuat saya iri dengan apa yang telah dilakukannya.


Ricky yang cuma pemuda tamatan SMP telah menyulap kampungnya dari kampung nelayan menjadi destinasi wisata dunia! Malah sebelum pandemik 100% tamunya mancanegara. Bahkan 75% tamunya pertama ke Asia!


Ricky Putra Sinaro seorang pemuda di sebuah kampung nelayan yang cuma tamatan SMP dengan program wisata yang dibuat jarang tercatat dimedia lokal tetapi media internasional meliputnya!


Ricky Putra Sinaro yang cuma tamat SMP bisa memotivasi dan mensupport pemuda lokal menjadi sarjana. Pemuda yang diasuhnya akhirnya fasih bahasa Inggris dan Perancis dan akhirnya ikut terjun kedunia pariwisata dan menjadi perwakilan untuk tour operator dunia!


Ricky Putra Sinaro yang cuma tamat SMP dan beristrikan wanita Perancis sekarang sudah mempunyai green tour operator sendiri dan memiliki green resort dengan nama Ricky Beach House.


Dan yang membuat saya terharu 2 bulan yang lalu dia sengaja menjemput saya dan mengatakan bahwa dia baru saja selesai membuatkan kamar khusus buat saya di Green Resortnya diSungai Pinang. Bahkan didepan para keluarga dan adik - adik asuhnya dia mengatakan sambil memeluk saya bahwa resort tersebut juga ada andil saya sebagai ucapan terima kasihnya kepada saya yang telah membinanya selama ini.


Terima Kasih Ricky...kau membuatku bangga. Ayo mari kita mengejar Jariyah bersama. (**)

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Selamat datang di Website www.sumbarnet.id, Terima kasih telah berkunjung.. tertanda, Pemred: Firma Ragnius