Menjaga Toleransi Beragama di Era Digital Bersama Rafi Darmawan di Potcastsum.co

 


SUMBARNET - Toleransi bukan sekadar menerima perbedaan, tetapi tentang bagaimana kita mampu menghargai dan menghormati keberagaman, baik dari sisi suku, ras, agama, maupun keyakinan. 


Dalam era digital seperti sekarang, sikap toleran sangat diuji melalui aktivitas di media sosial yang begitu cepat dan luas penyebarannya. Kamis (31/07/2025)


Hal ini disampaikan oleh Kepala bagian Agama dan Kesejahteraan Sosial, Drs. Muhammad Yamin, yang Merupakan Ketua FKTP Sumsel. bersama perwakilan katolik dari, Alphonsus supardi, kemudian, K.H AGOK Syarifuddin, dari forum kerukunan beragama provinsi Sumatera selatan , Ada juga unsur - unsur kerukunan umat agama provinsi sumsel , DR. Robert Simorangkir, dan kepala bagian penjaminan manfaat dan Utilisasi. DR. DICKY PERMANA PUTRA. M.K.M.,CPFI..,CIAS, saat berbagi pandangannya mengenai pentingnya menjaga toleransi, khususnya di kalangan generasi muda. bersama Rafi darmawan di potcastsum.co.


Menurutnya, media sosial memiliki dua sisi: sebagai sarana mempererat komunikasi lintas agama, namun juga bisa menjadi sumber konflik bila tidak digunakan dengan bijak.


“Anak muda sekarang sangat cepat mengakses media sosial. Ini peluang bagus untuk menjalin komunikasi antar suku, ras, dan agama. Tapi sayangnya, masih sering kita lihat komentar negatif, cacian, bahkan sindiran nyinyir. Harapannya, generasi muda bisa lebih bijak dalam mengetik dan berkomentar,” ujar Drs. Muhammad Yamin.


Ia juga menyoroti fenomena sederhana namun mencerminkan kurangnya toleransi, misalnya ketika seseorang yang ingin beribadah justru direndahkan oleh teman-temannya sendiri. “Misalnya ada yang pamit sembahyang lalu dikomentari ‘sok alim’ atau ‘sok suci’. Ini menunjukkan bahwa toleransi masih harus terus dibangun,” katanya.


Menurutnya, langkah awal menumbuhkan sikap toleran adalah dengan memperdalam pemahaman terhadap ajaran agama yang dianut, bukan untuk membandingkan dengan agama lain, melainkan untuk memahami esensi beragama itu sendiri. “Kalau kita paham tujuan beragama adalah kedamaian, kita bisa menjadi role model bagi lingkungan sekitar,” Sambungnya.


Tak kalah penting, Drs. Muhammad Yamin, juga menegaskan bahwa keluarga, khususnya peran orang tua, memiliki pengaruh besar dalam membentuk karakter toleran pada anak sejak usia dini. Orang tua harus menjadi teladan dalam kehidupan sehari-hari. Ia mencontohkan, saat perayaan Lebaran, orang tua beragama Hindu dapat mengajarkan anak-anaknya untuk menyapa dan memberi ucapan selamat kepada tetangga Muslim yang merayakan. Tindakan kecil ini, katanya, bisa menjadi bekal besar dalam membangun sikap saling menghargai sepanjang hidup.


Menurutnya, pendidikan toleransi tidak harus selalu diajarkan dalam bentuk ceramah atau teori yang rumit. Justru dari kebiasaan kecil yang konsisten di rumah, nilai-nilai menghormati perbedaan bisa tumbuh secara alami dalam diri anak. Di tengah derasnya arus informasi dan opini di media sosial, Drs. Muhammad Yamin, berharap generasi muda tidak hanya cerdas secara digital, tetapi juga arif dalam bersikap. Dengan begitu, keberagaman tidak menjadi alasan perpecahan, tetapi kekuatan yang menyatukan. (**)

0 Post a Comment:

Posting Komentar

Selamat datang di Website www.sumbarnet.id, Terima kasih telah berkunjung.. tertanda, Pemred: Firma Ragnius